Bahasa
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.
Semua perkiraan dari jumlah akurat dari bahasa-bahasa di dunia
bergantung kepada suatu perubahan sembarang antara perbedaan bahasa dan dialek. Namun, perkiraan beragam antara 6.000-7.000 bahasa. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tapi setiap bahasa dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai contohnya, dalam tulisan grafis, braille, atau siulan.
Hal ini karena bahasa manusia adalah modalitas-independen. Bila
digunakan sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada kemampuan kognitif
untuk dapat belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks,
atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut,
atau sekumpulan pengucapan yang dapat dihasilkan dari aturan-aturan
tersebut. Semua bahasa bergantung pada proses semiosis untuk menghubungkan isyarat dengan makna tertentu. Bahasa oral dan Bahasa isyarat memiliki sebuah sistem fonologis yang mengatur bagaimana simbol digunakan untuk membentuk urutan yang dikenal sebagai kata atau morfem, dan suatu sistem sintaks yang mengatur bagaimana kata-kata dan morfem digabungkan untuk membentuk frasa dan penyebutan.
Bahasa manusia unik karena memiliki properti-properti produktivitas, rekursif, dan pergeseran,
dan karena ia secara keseluruhan bergantung pada konvensi sosial dan
pembelajaran. Strukturnya yang kompleks mampu memberikan kemungkinan
ekspresi dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem komunikasi hewan yang diketahui. Bahasa diperkirakan berasal sejak hominin mulai secara bertahap merubah sistem komunikasi primata mereka, memperoleh kemampuan untuk membentuk suatu teori pikiran dan intensionalitas berbagi.
Perkembangan tersebut terkadang diperkirakan bersamaan dengan
meningkatnya volume otak, dan banyak ahli bahasa melihat struktur bahasa
telah berkembang untuk melayani fungsi sosial dan komunikatif tertentu.
Bahasa diproses pada banyak lokasi yang berbeda pada otak manusia, tapi terutama di area Broca dan area Wernicke. Manusia mengakuisisi
bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah
dapat berbicara secara fasih kurang lebih umur tiga tahun. Penggunaan
bahasa telah berakar dalam kultur
manusia. Oleh karena itu, selain digunakan untuk berkomunikasi, bahasa
juga memiliki banyak fungsi sosial dan kultural, seperti untuk
menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial, dan untuk dandanan sosial dan hiburan.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan
bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki
oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi.
Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal sebagai
rumpun bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang tergolong pada keluarga Indo-Eropa, yang mengikutkan bahasa seperti Inggris, Spanyol, Portugis, Rusia, dan Hindi; Bahasa Sino-Tibet, yang melingkupi Bahasa Mandarin, Cantonese, dan banyak lainnya; bahasa Semitik, yang melingkupi Arab, Amhar, dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi Swahili, Zulu, Shona, dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika. Konsensus umum adalah antara 50 dan 90% bahasa yang digunakan sekarang kemungkinan akan punah pada tahun 2100.[1] [2]
Definisi Bahasa
Kata bahasa Inggris "language" diturunkan dari Indo-Eropa {ipa|dn̥ǵʰwéh₂s}} "lidah, perkataan, bahasa" lewat Bahasa latin lingua, "bahasa, lidah", dan Prancis Tua langage "bahasa".[3] Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang digunakan pada pemrograman komputer. Makna bahasa dalam hal ini adalah suatu sistem dari isyarat untuk menyandikan dan menterjemahkan informasi. Artikel ini secara khusus memperhatikan tentang properti-properti dari bahasa alami manusia sebagaimana yang dipelajari dalam disiplin ilmu linguistik.
Sebagai objek kajian linguistik, "bahasa" memiliki 2 arti dasar:
sebagai sebuah konsep abstrak dan sebagai sebuah sistem linguistik yang
spesifik. bahasa Indonesia adalah contoh dari makna bahasa sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Ferdinand de Saussure, seorang linguis asal Swiss, adalah orang pertama yang merumuskan perbedaan kata dalam bahasa Prancis langage dalam arti bahasa sebagai sebuah konsep, langue dalam arti bahasa sebagai sistem linguistik yang spesifik, dan parole dalam arti bahasa sebagai penggunaan konkret bahasa tertentu sebagai tuturan.[4]
Bila berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, definisi-definisi
dapat digunakan yang menekankan aspek yang berbeda dari fenomena
tersebut.[5]
Definisi tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman berbeda
tentang bahasa, dan mereka memberikan kajian teori linguistik yang
berbeda dan terkadang bertentangan.[6]
Kemampuan mental, organ atau insting
Salah satu definisi melihat bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental
yang membuat manusia dapat menggunakan perilaku linguistik: untuk
belajar bahasa dan untuk menghasilkan dan memahami penyebutan. Definisi
ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua manusia dan ia menggaris
bawahi dasar biologis bagi kapasitas manusia terhadap bahasa sebagai
perkembangan yang unik dari otak manusia.
Pendukung pandangan bahwa dorongan untuk akuisisi bahasa adalah
lahiriah pada manusia sering berargumen bahwa hal ini didukung oleh
fakta bahwa semua anak yang normal secara kognitif dibesarkan di dalam
suatu lingkungan di mana bahasa dapat diakses akan memperoleh bahasa
tanpa instruksi formal. Bahasa bahkan secara spontan berkembang dalam
lingkungan di mana orang hidup atau tumbuh bersama tanpa suatu bahasa
umum, sebagai contohnya, bahasa kreol, dan perkembangan bahasa isyarat secara spontan seperti pada Bahasa Isyarat Nikaragua. Pandangan ini, yang dapat ditelurusi kembali ke Kant dan Descartes, sering memahami bahasa secara garis besar merupakan bawaan lahir, sebagai contoh, dalam teori Tata bahasa universal dari Chomsky, atau teori ekstrim lahiriah dari filsuf Amerika Jerry Fodor. Definisi semacam ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif dan dalam neurolinguistik. [7] [8]
Sistem simbolik formal
Definisi lain melihat bahasa sebagai sebuah sistem formal dari
isyarat-isyarat yang diatur oleh aturan-aturan kombinasi tata-bahasa
untuk mengkomunikasikan suatu makna. Definisi ini menekankan bahwa
bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu terhadap makna tertentu. [9] Pandangan strukturalis terhadap bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure [10] , dan strukturalisme-nya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan terhadap bahasa pada masa sekarang.[11]
Beberapa pendukung pandangan bahasa ini telah menyarankan sebuah
pendekatan formal yang mempelajari struktur bahasa dengan
mengidentifikasi elemen-elemen dasarnya dan kemudian memformulasikan
penjelasan formal dari aturan-aturannya berdasarkan pada elemen-elemen
mana yang digabungkan untuk membentuk kata-kata dan kalimat. Pendukung
utama dari teori tersebut yaitu Noam Chomsky, pencetus teori generatif tata-bahasa,
yang telah mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan kalimat yang
dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Chomsky menganggap
aturan-aturan tersebut merupakan suatu fitur lahiriah dari otak manusia,
dan untuk membentuk esensi dari bahasa itu sendiri.[12] Definisi formal dari bahasa umumnya digunakan dalam logika formal, dalam formal teori-teori tata-bahasa, dan dalam penerapan linguistik komputasi.[13] [14]
Alat untuk komunikasi
Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi
yang membuat manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi
sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia menggunakannya untuk
mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi objek dalam
lingkungannya. Teori fungsional tata bahasa
menjelaskan struktur tata-bahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan
memahami struktur tata-bahasa dari bahasa sebagai hasil dari proses
adaptif dimana tata-bahasa telah "disesuaikan" untuk melayani kebutuhan
komunikatif penggunanya.[15] [16]
Pandangan terhadap bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan kerangka interaktif, serta dalam sosial-linguistik dan linguistik antropologi.
Teori-teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa sebagai sebuah
fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses
perubahan saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini
menyebabkan kajian linguistik tipologi
menjadi penting, atau klasifikasi dari bahasa-bahasa menurut fitur
strukturalnya, karena ia dapat memperlihatkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi
condong mengikuti lintasan yang sebagian bergantung pada tipologi.
Dalam filsafat bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya
terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.[14]
Apa yang membuat bahasa manusia unik
Bahasa manusia unik bila dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang digunakan oleh hewan selain-manusia. Sistem-sistem komunikasi yang digunakan oleh hewan-hewan lain seperti lebah atau kera selain-manusia adalah sistem tertutup yang terdiri dari sejumlah kemungkinan terbatas yang dapat diekspresikan.[17]
Sebaliknya, bahasa manusia adalah tanpa-tutup dan produktif,
yang berarti membolehkan manusia untuk menghasilkan sekumpulan
pengucapan tak terbatas dari sekumpulan elemen terbatas, dan untuk
membuat kata-kata dan kalimat baru. Hal ini memungkinkan karena bahasa
manusia didasarkan pada suatu kode ganda, di mana sejumlah elemen-elemen
tanpa arti yang terbatas (seperti suara, huruf atau isyarat) dapat
digabungkan untuk membentuk unit-unit makna (kata-kata atau kalimat). [18]
Lebih lanjut, simbol-simbol dan aturan tata-bahasa dari setiap bahasa
tertentu pada umumnya berubah-ubah, yang berarti bahwa sistem tersebut
hanya dapat dipelajari lewat interaksi sosial.[19]
Sistem komunikasi yang diketahui yang digunakan pada hewan, pada sisi
lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah pengucapan yang pada umumnya
berpindah secara genetis.[20]
Beberapa spesies hewan telah dibuktikan mampu memperoleh bentuk-bentuk komunikasi lewat pembelajaran sosial, seperti Bonobo Kanzi, yang belajar mengekspresikan dirinya sendiri menggunakan sekumpulan leksigram
simbolis. Demikian juga, banyak spesies burung dan paus mempelajari
suara-suara mereka dengan meniru anggota lain dari spesies mereka. Namun
walau beberapa hewan bisa memperoleh sejumlah kata-kata dan simbol,[notes 1]
tidak ada yang bisa mempelajari lebih banyak isyarat-isyarat yang
berbeda yang secara umum diketahui oleh seorang manusia berumur
rata-rata empat tahun, tidak juga ada yang mampu memperoleh sesuatu yang
menyerupai tata-bahasa kompleks seperti pada bahasa manusia.[21]
Bahasa manusia juga berbeda dengan sistem komunikasi hewan di mana mereka menggunakan kategori tata-bahasa dan semantik, seperti kata benda dan kata kerja, masa sekarang dan masa lampu, untuk mengekspresikan makna-makna yang sangat kompleks.[21] Bahasa manusia juga unik karena memiliki properti rekursif:
suatu cara di mana, sebagai contohnya, frasa kata benda mampu
mengandung frasa kata benda lainnya (seperti pada "[bibir [simpanse]]")
atau suatu klausa mampu mengandung klausa lain (seperti pada "[Saya
melihat [anjing itu sedang lari]]").[22] Bahasa manusia juga satu-satunya sistem komunikasi alami yang diketahui yang bebas modalitas,
yang berarti bahwa bahasa manusia dapat digunakan tidak hanya untuk
komunikasi lewat satu kanal atau media, tapi lewat beberapa - sebagai
contohnya, bahasa ucapan menggunakan modalitas pendengaran, sedangkan bahasa isyarat dan tulisan menggunakan modalitas visual, dan tulisan braille menggunakan modalitas peraba. [23]
Berkaitan dengan makna yang akan disampaikan dan operasi-operasi
kognitif yang dibentuk darinya, bahasa manusia juga unik dalam hal mampu
mengacu pada konsep abstrak dan berimajinasi atau kejadian-kejadian
hipotesis, sebagaimana halnya kejadian-kejadian yang terjadi pada masa
lalu atau yang mungkin terjadi di masa depan. Kemampuan untuk mengacu
pada kejadian yang tidak terjadi pada waktu atau tempat yang sama pada
saat diucapkan disebut dengan pergeseran, dan bila beberapa sistem komunikasi hewan dapat menggunakan pergeseran (seperti komunikasi pada lebah
yang dapat mengkomunikasikan lokasi dari sumber nektar yang di luar
jangkauan pandangan), tingkaant di mana hal tersebut digunakan dalam
bahasa manusia juga dianggap unik.[18]
Asal mula
Teori-teori tentang asal mula bahasa dapat dibagi berdasarkan asumsi
dasarnya. Beberapa teori berdasarkan pada ide bahwa bahasa adalah sangat
kompleks sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari
ketiadaan dalam bentuk akhirnya, tapi ia harus telah berkembang dari
sistem pra-linguistik awal di antara leluhur pra-manusia kita. Teori ini
dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Pandangan
berlawanan adalah bahwa bahasa adalah sifat manusia yang unik yang tidak
dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan di antara
selain-manusia dan bahwa ia makanya muncul secara tiba-tiba dalam
transisi dari pra-hominid sampai pada manusia purba. Teori ini dapat
didefinisikan sebagai berdasarkan ketakberlanjutan. Demikian juga,
teori-teori yang berdasarkan pandangan Generatif Chomsky tentang bahasa,
melihat bahasa umumnya sebagai kemampuan lahiriah yang tersandikan
secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis melihatnya sebagai
sebuah sistem yang besar secara kultural, yaitu dipelajari lewat
interaksi sosial.[25]
Saat sekarang, satu-satunya pendukung dari teori ketakberlanjutan pada asal mula bahasa manusia adalah linguis dan filsuf Noam Chomsky.
Chomsky menyatakan bahwa "beberapa mutasi random terjadi, mungkin
setelah hujan cahaya kosmik aneh, dan menyebabkan reorganisasi pada
otak, menanam sebuah organ bahasa dalam otak primata." [26]
Walau memperingatkan untuk tidak menangkap cerita tersebut terlalu
harfiah, Chomsky bersikeras bahwa "ia mungkin lebih mendekati kenyataan
daripada dongeng lainnya yang mengatakan tentang proses-proses
evolusioner, termasuk bahasa".[26]
Teori keberlanjutan sekarang dipegang oleh mayoritas pelajar, tapi
mereka berbeda dalam melihat perkembangannya. Mereka yang melihat bahasa
sebagai bawaan lahir, sebagai contohnya, psikolog Steven Pinker, memegang preseden sebagai kognisi hewan, [8] sementara mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi belajar sosial, seperti psikolog Michael Tomasello, melihatnya berkembang dari komunikasi hewan, baik isyarat primata atau komunikasi vokal untuk membantu dalam bekerja sama.[20] Model berkelanjutan lainnya melihat bahasa berkembang dari musik, sebuah pandangan yang telah didukung oleh Rousseau, Herder, Humboldt dan Charles Darwin. Pendukung utama dari pandangan tersebut pada saat sekarang adalah arkeolog Steven Mithen.[27]
Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia,
perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah dan tidak
ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori
yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk
melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat
dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia.
Alternatif lain, fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat
jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk
jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik. [28]
Secara umum tak terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo
sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan
perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya
dengan Homo habilis (2,3 juta tahun lalu), sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa layak pada Homo sapiens modern anatomis dengan revolusi Paleolitik Atas kurang dari 100.000 tahun lalu. [29] [30]
Kajian bahasa
Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang menjadi ilmu sejak deskripsi pertama tata-bahasa dari bahasa tertentu di India
lebih dari 2000 tahun lalu. Sekarang, linguistik adalah sebuah ilmu
yang memperhatikan semua aspek dari bahasa, menelitinya dari semua sudut
pandang yang telah dijelaskan di atas.
Sub-disiplin
Kajian akademis terhadap bahasa dilakukan dari banyak area disiplin
dan dari sudut pandang teoritis yang berbeda, semuanya memberikan
pendekatan modern terhadap linguistik. Sebagai contoh, Deskriptif linguistik membedah tata-bahasa dari sebuah bahasa, teoritikal linguistik
mengembangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa sebagai sebuah
kajian, berdasarkan pada data dari berbagai macam bahasa manusia yang
masih ada, sociolinguistik
mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk tujuan sosial memberikan
kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal, neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melakukan percobaan mengenai teori tentang kemampuan bahasa, komputasi linguistik
dibangun dari teoretis dan deskripsi linguistik untuk membangun model
komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami
atau saat mencoba hipotesis linguistik, dan historikal linguistik
bergantung pada tata-bahasa dan deskripsi leksikal dari bahasa untuk
menyelidiki sejarah tiap-tiap bahasa dan membangun pohon rumpun-rumpun
bahasa dengan menggunakan metoda komparatif.
Sejarah awal
Kajian formal bahasa sering dianggap telah bermulai di India oleh Panini, ahli tata-bahasa abad 5 SM yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Namun, penulis-penulis Sumeria telah mempelajari perbedaan antara tata-bahasa Bahasa sumeria dan Bahasa Akkadia sekitar 1900 SM. Kemudian tradisi tata-bahasa berkembang pada semua kultur kuno yang mengadopsi tata tulis.[31]
Pada abad ke-17, seorang Tata bahasa Port-Royal
dari Prancis mengembangkan ide bahwa tata-bahasa dari semua bahasa
merupakan sebuah refleksi dari dasar-dasar pemikiran universal, dan oleh
karena itu tata-bahasa merupakan universal. Pada abad ke-18, penggunaan
pertama dari metoda komparatif oleh ahli filologi dan India kuno dari Inggris William Jones memicu tumbuhnya linguistik komparatif.[32] Kajian ilmiah dari bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt. Pada awal abad 20, Ferdinand de Saussure
memperkenalkan ide bahwa bahasa sebagai suatu sistem statik dari
unit-unit yang saling berhubungan, didefinisikan lewat pertentangan
antara mereka.[10]
Dengan memperkenalkan perbedaan analisis bahasa antara diakronik dan sinkronik,
dia meletakkan fondasi dari disiplin ilmu linguistik modern. Saussure
juga memperkenalkan beberapa dimensi dasar dari analisis bahasa yang
masih menjadi dasar dibanyak teori linguistik kontemporer, seperti
perbedaan antara sintagma dan paradigma, dan perbedaan Langue-parole, membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak (Language), dari bahasa sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem itu sendiri (parole). [33]
Linguistik kontemporer
Sekitar tahun 1960-an, Noam Chomsky memformulasikan teori generatif bahasa.
Menurut teori tersebut, bentuk paling dasar dari bahasa adalah suatu
kumpulan aturan-aturan sintaks yang universal untuk semua manusia yang
mendasari tata-bahasa dari semua bahasa manusia. Kumpulan aturan
tersebut disebut dengan Tata bahasa universal;
dan Chomsky menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu
linguistik. Karena alasan tersebut tata-bahasa dari setiap bahasa hanya
penting bagi linguistik, sejauh mereka membolehkan kita memahami aturan
universal yang mendasari darimana keberagaman linguistik yang tampak
dapat diturunkan.[34]
Sebagai lawan dari teori formal dari aliran generatif, Teori fungsional tata bahasa
mengajukan bahwa sejak bahasa secara dasarnya adalah suatu alat,
strukturnya lebih baik dianalisa dan dipahami dengan referensi terhadap
fungsi-fungsi mereka. Teori fungsional dari tata-bahasa berbeda dengan Teori formal tata-bahasa,
di mana yang terakhir mencari untuk mendefinisikan elemen-elemen
berbeda dari bahasa dan menjelaskan bagaimana mereka berhubungan satu
sama lain sebagai sistem aturan-aturan formal atau operasi-operasi,
Teori Fungsional mencari untuk menentukan fungsi-fungsi yang dilakukan
oleh bahasa dan kemudian menghubungkan fungsi-fungsi tersebut dengan
elemen-elemen linguistik yang membawa mereka. [14] [notes 2] Kerangka dari Linguistik kognitif
menginterpretasikan bahasa dalam bentuk konsep (yang terkadang
universal, dan terkadang spesifik pada bahasa tertentu) yang bergantung
kepada bentuknya.[35] Linguistik kognitif secara utama lebih memperhatikan tentang bagaimana pikiran membuat makna lewat bahasa.
Fisiologis dan arsitektur saraf dari bahasa dan bicara
Berbicara adalah modalitas dasar untuk bahasa di dalam semua kultur.
Produksi dari bahasa lisan bergantung pada kapasitas mutakhir untuk
mengkontrol bibir, lidah dan komponen-komponen lain dari peralatan
vokal, kemampuan untuk secara akustik menerjemahkan suara lisan, dan
peralatan neurologis dibutuhkan untuk memperoleh dan menghasilkan
bahasa. [36]
Kajian terhadap dasar genetis bagi bahasa manusia berada dalam tahap
yang baru dimulai, dan satu-satunya gen yang telah secara positif
mempengaruhi dalam produksi bahasa adalah FOXP2, yang mana, jika dipengaruhi oleh mutasi, mungkin menyebabkan semacam kelainan bahasa bawaan.[37]
Bahasa dan otak
Otak adalah pusat koordinasi dari semua aktivitas linguistik; ia
mengatur produksi kognisi linguistik dan pemaknaan dan mekanika dari
produksi lisan. Namun, pengetahuan kita mengenai dasar neurologis untuk
bahasa masih terbatas, meskipun telah dianggap berkembang lewat
penggunaan teknik pencitraan modern. Disiplin linguistik yang
mendedikasikan untuk meneliti aspek-aspek neurologis dari bahasa disebut
dengan neurolinguistik.[38]
Penelitian awal dalam neurolinguistik mengikutkan penelitian bahasa
terhadap orang dengan luka pada otak, untuk melihat bagaimana luka pada
area tertentu mempengaruhi bahasa dan bicara. Dengan cara ini, para
neurosaintis di abad 19 menemukan bahwa dua area dalam otak secara
krusial mempengaruhi pemrosesan bahasa. Area pertama adalah area Wernicke, yang berada di bagian belakang dari superior temporal gyrus di dalam belahan otak serebral dominan. Orang dengan luka di area otak ini memiliki Aphasia reseptif,
suatu kondisi di mana terdapat kerusakan mayor terhadap komprehensi
bahasa, sementara berbicara masih dengan ritme yang alami dan relatif
normal struktur kalimat. Area kedua adalah area Broca, terletak di belakang inferior frontal gyrus dari belahan otak yang dominan. Orang dengan luka pada area ini memiliki aphasia ekspresif, yang berarti bahwa mereka "apa yang ingin mereka katakan, mereka hanya tidak dapat mengeluarkannya".[39]
Mereka umumnya mampu memahami apa yang dikatakan kepada mereka, tapi
tidak mampu berbicara secara fasih. Simtom-simtom lain yang mungkin ada
pada aphasia Broca termasuk bermasalah dengan kelancaran, artikulasi,
menemukan-kata, pengulangan kata,
dan menghasilkan dan memahami kalimat dengan tata-bahasa kompleks, baik
secara oral maupun tulisan. Mereka dengan aphasia juga memperlihatkan
pembicaraan yang tidak terstruktur dan ketidakmampuan menggunakan bahasa
isyarat, secara analogi untuk memperlihatkan bagaimana mereka
mempengaruhi bicara, dengan aphasia Broca menyebabkan si pengisyarat
memberi isyarat dengan lambat dan dengan tata-bahasa yang tidak benar,
namun pada pengisyarat dengan aphasia Wernicke akan fasih berisyarat,
tapi hanya sedikit masuk akal oleh orang lain dan sulit memahami
isyarat-isyarat dari orang lain. Hal ini memperlihatkan bahwa gangguan
tersebut adalah spesifik terhadap kemampuan untuk menggunakan bahasa,
bukan pada fisiologi yang digunakan untuk produksi bicara.[40][41]
Dengan kemajuan teknologi pada akhir abad 20, neurologi juga telah mengadopsi teknik non-invasif seperti pencitraan resonansi magnetis fungsional (fMRI) dan elektrofisiologi untuk mempelajari pemrosesan bahasa dalam individu tanpa gangguan.[38]
Anatomi dari lisan
Bahasa lisan bergantung pada kemampuan fisik manusia untuk
menghasilkan suara, suatu gelombang longitudinal disebarkan lewat udara
pada suatu frekuensi yang dapat menggetarkan gendang telinga.
Kemampuan ini bergantung pada fisilogi dari organ-organ lisan manusia.
Organ-organ tersebut terdiri dari paru-paru, kotak suara (laring),
dan sistem vokal atas - tenggorokan, mulut, dan hidung. Dengan
mengkontrol bagian-bagian berbeda dari peralatan lisan, aliran udara
dapat dimanipulasi untuk menghasilkan suara lisan yang berbeda.[42]
Suara lisan dapat dianalisa menjadi suatu kombinasi dari elemen-elemen segmentasi dan suprasegmentasi.
Elemen segmentasi adalah yang mengikuti satu sama lain secara
berurutan, yang biasanya direpresentasikan dengan huruf-huruf berbeda
dalam skrip alfabet, seperti pada skrip Romawi. Dalam bicara bebas,
tidak ada batasan jelas antara satu segmen dengan lainnya, tidak juga
umumnya ada jeda suara antara kata. Segmen-segmen oleh karena itu
dibedakan dengan suara-suara berbeda yang merupakan hasil dari
artikulasi mereka yang berbeda, dan mereka dapat berbentuk huruf vokal
atau konsonan. Fenomena suprasegmentasi melingkupi elemen-elemen seperti
penekanan, tipe fonasi, warna nada suara, dan prosodi atau intonasi, kesemuanya bisa mempengaruhi di antara beberapa segmen-segmen. [43]
Segmen konsonan dan vokal digabungkan untuk membentuk silabel,
yang kemudian digabungkan untuk membentuk pengucapan; hal ini dapat
dibedakan secara fonetis lewat ruang antara dua pernafasan. Secara akustik, segmen-segmen berbeda ini dikarakterisasikan oleh struktur formant berbeda, yang dapat terlihat dalam suaut spectogram
dari rekaman gelombang suara (lihat gambar Spectogram dari struktur
formant dari tiga huruf vokal bahasa Inggris). Forman adalah puncak
amplitudo dalam spektrum frekuensi dari suatu suara tertentu. [43][44]
Huruf vokal adalah suara-suara yang tidak memiliki gesekan bunyi yang
disebabkan oleh mendekatnya atau terhalangnya beberapa bagian dari
sistem vokal atas. Mereka beragam secara kualitas bergantung pada
tingkat peralatan bibir dan letak dari lidah dalam rongga oral. [43] Huruf vokal disebut vokal tertutup saat bibir secara relatif tertutup, sebagaimana pada pengucapan dari huruf vokal Templat:Ipa (Inggris "ee"), atau vokal terbuka saat bibir secara relatif terbuka, sebagaimana pada huruf vokal Templat:Ipa (Inggris "ah"). Jika lidah terletak pada bagian belakang mulut, kualitasnya berubah, membuat huruf vokal seperti Templat:Ipa (Inggris "oo"). Kualitas juga berubah bergantung apakah bibir membulat atau tidak, membuat perbedaan seperti antara Templat:Ipa (huruf vokal tidak membulat seperti pada Inggris "ee"") dan Templat:Ipa (vokal depan membulat seperti pada Jerman "ü".[45]
Konsonan adalah suara-suara yang memiliki gesekan bunyi atau
penutupan pada poin tertentu dalam sistem vokal atas. Suara konsonan
beragam dari tempat artikulasi, contohnya tempat dalam sistem vokal di
mana aliran udara terhambat, umumnya pada bibir, gigi, alveolar ridge, palate, velum, uvula, atau glottis. Setiap tempat artikulasi menghasilkan sekumpulan suara yang berbeda, yang lebih lanjuta dibedakan oleh cara artikulasi, atau jenis dari gesekan, baik tertutup penuh, pada kasus di mana konsonan disebut oklusif atau stop, atau tingkatan berbeda dari peralatan membentuk fricative dan approximant. Konsonan juga dapat dibunyikan atau tidak dibunyikan,
bergantung apakah pita vokal di set dalam vibrasi oleh aliran udara
selama menghasilkan suara. Bunyi adalah yang membedakan Inggris Templat:Ipa pada bus (sibilant tak berbunyi) dengan Templat:Ipa pada buzz (sibilant berbunyi). [46]
Beberapa suara lisan, baik vokal dan konsonan, melibatkan pengeluaran aliran udara lewat lubang nasal, dan hal ini disebut nasal atau suara nasalisasi. Suara-suara lainnya didefinisikan dengan cara lidah bergerak dalam mulut: seperti suara l (disebut lateral, karena udara mengalir pada kedua sisi lidah), dan suara r (disebut rhotics yang dikarakterisasikan dengan bagaimana lidah diposisikan relatif dengan aliran udara.[44]
Dengan menggunakan organ-organ bicara tersebut, manusia dapat
menghasilkan ratusan suara berbeda: beberapa sering muncul pada
bahasa-bahasa di dunia, sementara yang lainnya lebih umum pada rumpun
bahasa tertentu, wilayah bahasa, atau bahkan spesifik pada satu bahasa.[47]
Struktur
Bila dijelaskan sebagai suatu sistem dari komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan suatu kode menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik, bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik.
Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari suara, gerak, huruf-huruf atau
simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan, diisyaratkan,
atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks
seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu
isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal
kepada penerima yang menterjemahkannya.[48]
Beberapa properti yang membatasi bahasa manusia dengan sistem
komunikasi lainnya adalah kesembarangan dari isyarat linguistik, berarti
bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi antara suatu isyarat
linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik, berarti bahwa
struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi
struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan, misalnya
bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa, ciri-ciri dari
elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat
linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan kata, yang
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam
pola-pola berbeda, dan produktivitas dari sistem linguistik, yang
berarti bahwa jumlah terbatas dari elemen-elemen lingustik dapat
digabungkan secara teoritis menjadi sejumlah kombinasi tak terbatas.[48]
Aturan-aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan untuk membentuk kata dan frasa disebut dengan sintaks atau tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat tertentu, morfem, kata, frasa, dan teks disebut semantik. [49]
Pembagian bahasa menjadi terpisah tapi sistem yang terhubung dari
isyarat dan makna berawal dari kajian linguistik pertama dari de
Saussure dan sekarang digunakan hampir pada semua cabang dari
linguistik. [50]
Semantik
Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan
maknanya, atau isinya. Bentuk isyarat haruslah sesuatu yang dapat
dipersepsi, contohnya, dalam suara, gambar, atau gerak isyarat, dan
kemudian berhubungan dengan makna tertentu oleh konvensi sosial. Karena
relasi dasar dari makna bagi kebanyakan isyarat-isyarat linguistik
didasarkan pada konvensi sosial, isyarat linguistik bisa dianggap
sembarang, dalam artian bahwa konvensi tersebut terbentuk secara sosial
dan sejarah, bukan lewat relasi alami antara suatu bentuk isyarat
tertentu dan maknanya.
Maka, bahasa haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu. Isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang sembarang yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme.
Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata.
Terkadang, konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari
suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. [51]
Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat:
sebuah struktur yang mendasari sebuah properti, keadaan, atau aksi.
Secara tradisional, semantik telah dipahami sebagai kajian bagaimana
pembicara dan pendengar memberikan nilai benar
terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu
proses di mana sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai
sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]."
Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model
makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama
tentang konteks di mana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi produksi
dari makna. Model makna seperti itu ditelaah lebih jauh dalam bidang pragmatik. [52]
Suara dan simbol
Bergantung kepada modalitas, struktur bahasa dapat didasarkan pada
sistem suara (bicara), gestur (bahasa isyarat), atau grafik atau simbol
taktil (tulisan). Cara-cara di mana bahasa menggunakan suara atau
isyarat untuk membentuk makna dipelajari dalam fonologi. [53] Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik. [54]
Dalam bahasa ucapan, makna dihasilkan bila suara menjadi bagian dari
sistem di mana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan
suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa, hanya sejumlah
suara berbeda terbatas yang dapat dibuat oleh vokal manusia untuk
berkontribusi dalam pembentukan makna. [55]
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem. [56]
Fonem adalah unit abstrak dari suara, dicirikan sebagai unit terkecil
dalam sebuah bahasa yang berfungsi untuk membedakan antara makna dari
sepasang kata secara minimal dari kata-kata berbeda, yang disebut dengan
pasangan minimum. Dalam bahasa Inggris, contohnya, kata /bat/ Templat:Ipa dan /pat/ Templat:Ipa
membentuk suatu pasangan minimum, di mana perbedaan antara /b/ dan /p/
membedakan kedua kata, yang memiliki makna berbeda. Namun, setiap bahasa
memperlihatkan suara dengan cara yang berbeda. Sebagai contohnya, dalam
suatu bahasa yang tidak membedakan antara konsonan berbunyi dan tak
berbunyi, suara [p] dan [b] akan dianggap sebuah fenom tunggal, dan
akibatnya, pengucapan keduanya akan memiliki makna yang sama. Hal yang
sama, pada bahasa Inggris tidak membedakan secara fonem antara
pengucapan aspirasi dan non-aspirasi dari konsonan sebagai kebanyakan bahasa lain lakukan: non-aspirasi /p/ dalam /spin// {{ipa|[[spin]}} dan aspirasi /p/ dalam /pin/ Templat:Ipa dianggap hanya sebagai cara yang berbeda dalam pengucapan fenom yang sama (variansi dari fenom tunggal disebut dengan allofon), sedangkan dalam Mandarin, perbedaan dalam pengucapan memisahkan antara kata Templat:Ipa "jongkok" dan Templat:Ipa "delapan" (aksen di atas á berarti bahwa vokal diucapkan dengan nada tinggi).[57]
Semua bahasa oral memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan, yang dapat digabungkan menjadi suku kata. [43]
Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga
menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna.
Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi, dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja di luar tingkat dari sebuah segmen, mereka disebut dengan suprasegmental. [58] Beberapa bahasa hanya memiliki sedikit fenom, sebagai contohnya, Rotokas dan Bahasa Piraha masing-masing dengan 11 dan 10 fenom, sementara bahasa seperti Taa bisa memiliki 141 fenom.[57] Dalam bahasa isyarat, persamaan dengan fenom (sebelumnya dikenal dengan chereme)
ditentukan oleh elemen-elemn dasar dari gestur, seperti bentuk tangan,
orientasi, lokasi, dan gerakan, yang berhubungan dengan kebiasaan
artikulasi dalam bahasa lisan.[59]
Aksara
merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol
visual, yang bisa atau mungkin tidak berhubungan dengan suara dari
bahasa lisan. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya)
adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata
terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan
atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti
naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logografik, setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata, [60] dan akan secara umum tidak memiliki hubungan dengan suara dari kata dalam bahasa lisan.
Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak
ada naskah logografik yang diketahui eksis. Dalam menulis, dimensi
sementara saat suara dan kata mengalir pada bahasa lisan
direpresentasikan secara spasial dalam bentuk direksi. Tapi direksi di
mana urutan-urutan dari simbol disusun dalam menulis juga beragam,
beberapa sistem penulisan menggunakan arah horizontal (kiri ke kanan
pada naskah Latin atau kanan ke kiri pada naskah Arab),
yang lainnya seperti tulisan tradisional Cina menggunakan dimensi
vertikal (atas - bawah). Beberapa sistem penulisan menggunakan arah
berlawan untuk baris-baris alternatif, dan yang lainnya, seperti naskah
Maya, dapat ditulis dengan arah manapun dan menggunakan petunjuk grafis
untuk memperlihatkan pada pembaca arah dari membaca.[61]
Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet,
dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah
diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia. [62]
Tatabahasa
Tatabahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat.
Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut
dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya,
mereka disebut dengan afiks.
Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa
dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk struktur internal kata
disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frasa dan kalimat disebut dengan sintaks. [63]
Kategori Tatabahasa
Tatabahasa dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu
kumpulan aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori
digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang berbeda. [64]
Bahasa-bahasa berbeda secara luas tergantung apakah mereka dikodekan
lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori
sangat umum sehingga hampir universal. Beberapa kategori universal itu
termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara
tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan. [65]
Kelas-kelas kata
Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan
menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif
terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan
mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada
sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu
pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti
"anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat: kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda, seperti "merah" atau "besar".
Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Secara prototipe, kata kerja digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen
dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah
"lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu
tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa
saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John".
Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat, klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda, interjeksi seperti "agh!" atau "wow!", atau ideofon
yang menirukan suara dari suatu kejadian. Beberapa bahasa memiliki
posisional yang menjelaskan posisi spasial dari suatu kejadian atau
entitas. Banyak bahasa memiliki penggolongan,
yang mengidentifikasi sejumlah kata-benda yang yang termasuk pada tipe
tertentu atau memiliki suatu bentuk tertentu. Sebagai contohnya, dalam Bahasa Jepang, penggolongan umum kata benda untuk manusia adalah nin (人), dan ia digunakan untuk menghitung manusia, apapun namanya:
- san-nin no gakusei (三人の学生) secara literal "3 manusia-penggolongan dari pelajar" — tiga pelajar
Untuk pohon, akan berbentuk:
- san-bon no ki (三本の木) secara literal "3 penggolongan-untuk-objek dari pohon-panjang" — tiga pohon;
Morfologi
Dalam linguistik, kajian mengenai struktur internal dari kata-kata
kompleks, dan proses-proses di mana setiap kata dibentuk disebut morfologi. Pada kebanyakan bahasa, adalah memungkinkan untuk membentuk kata-kata kompleks yang dibentuk dari beberapa morfem. Sebagai contohnya, kata Bahasa Inggris "unexpected" dan dianalisa sebagai gabungan dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed".[66]
Morfem dapat dikelompokkan berdasarkan apakah mereka morfem independen, yang disebut akar, atau apakah mereka dapat muncul terkait dengan morfem lainnya. Morfem yang terikat atau afiks dapat digolongkan menurut posisi mereka berkaitan dengan akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks
dimasukkan di antara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau
mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata
dengan merubah struktur fonologi dari kata, contohnya, kata Inggris
"run", dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Proses ini disebut
dengan ablaut. Lebih lanjut, morfologi membedakan antara proses infleksi, yang merubah atau mengembangkan kata, dan proses derivasi,
yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada. Dalam bahasa Inggris,
kata kerja "sing" memiliki bentuk infleksi "singing" dan "sung", yang
mana keduanya merupakan kata kerja, dan bentuk derivasi "singer", yang
merupakan sebuah kata benda yang diturunkan dari kata kerja dengan
sufiks agentif "-er".[67][68]
Bahasa berbeda secara luas dalam bagaimana mereka bergantung kepada
proses morfologis dari formasi kata. Dalam beberapa bahasa, sebagai
contohnya, Cina, tidak ada proses morfologis, dan semua informasi
gramatis disandikan secara sintaks dengan membentuk pertalian dari
kata-kata tunggal. Bentuk dari morfo-sintaks ini sering disebut isolasi,
atau analitis, karena hampir ada suatu korepondensi penuh antara sebuah
kata tunggal dan sebuah aspek tunggal dari makna. Kebanyakan bahasa
memiliki kata-kata yang terdiri dari beberapa morfem, tapi mereka
beragam dalam tingkatan di mana morfem adalah unit-unit diskrit. Pada
kebanyakan bahasa, secara terkenal dalam kebanyakan bahasa Indo-Eropa,
morfem tunggal bisa memiliki beberapa makna berbeda yang tidak dapat
dianalisis menjadi segmen-segmen kecil. Sebagai contohnya, dalam bahasa
Latin kata bonus, atau bagus, terdiri dari kata akar bon- yang berarti "baik", dan sufiks -us, yang berarti gender maskulin, jumlah tunggal dan kasus nominatif. Bahasa seperti itu disebut dengan bahasa fusional, karena beberapa makna bisa digabungkan menjadi morfem tunggal. Kebalikan dari bahasa fusional adalah bahasa aglutinatif,
yang membentuk kata-kata dengan menggabungkan morfem-morfem dalam satu
rantai, tapi dengan setiap morfem sebagai suatu unit diskrit semantik.
Sebuah contoh dari bahasa seperti itu adalah Turki, dengan contoh kata evlerinizden, atau "dari rumah anda", terdiri dari beberapa morfem, ev-ler-iniz-den dengan arti rumah-jamak-anda-dari. Bahasa-bahasa yang bergantung kepada morfologi pada tingkat tertinggi secara tradisional disebut bahasa polisintetik. Mereka bisa mengekspresikan sebuah kalimat Bahasa Inggris secara penuh dalam satu kata tunggal. Sebagai contohnya, dalam Yupik kata tuntussuqatarniksaitengqiggtuq, yang berarti "Dia (pria) belum mengatakan lagi bahwa dia akan berburu rusa kutub.", kata tersebut terdiri dari morfem-morfem tuntu-ssur-qatar-ni-ksaite-ngqiggte-uq dengan arti, "rusa.kutub-berburu-besok-mengatakan-negasi-lagi-orang.ketiga.tunggal-indikatif", dan kecuali pada morfem tuntu, atau "rusa kutub", tidak ada morfem lain yang muncul dalam isolasi. [69]
Banyak bahasa menggunakan morfologi untuk merujuk-silang kata-kata dengan sebuah kalimat. Hal ini terkadang disebut dengan kesepakatan.
Contohnya, pada kebanyakan bahasa Indo-Eropa, adjektif harus
merujuk-silang pada kata benda yang dirubahnya berkenaan dengan jumlah,
perihal, dan gender, sehingga adjektif Latin bonus, atau "bagus",
diinfleksikan sepakat dengan kata benda gender maskulin dan singular.
Pada bahasa-bahasa polisintetik, kata kerja merujuk-silang subjek dan
objek mereka. Dalam tipe-tipe bahasa ini, sebuah kata-kerja tunggal bisa
mengikutkan informasi yang membutuhkan sebuah kalimat dalam bahasa
Inggris. Sebagai contohnya, dalam Bahasa Basque frase ikusi nauzu, atau "anda melihat saya", kata kerja bantu masa lampau n-au-zu (mirip dengan Inggris "do") sesuai dengan subjek (anda) diekspresikan dengan prefiks n, dan dengan objek (saya) diekspresikan dengan sufiks -zu. Kalimat tersebut dapat secara langsung diterjemahkan sebagai "melihat kamu-kan-saya". [70]
Sintaks
Cara lain di mana bahasa menyampaikan makna adalah lewat urutan dari
kata-kata dalam sebuah kalimat. Aturan-aturan tatabahasa untuk bagaimana
menghasilkan kalimat baru dari kata-kata yang telah diketahui disebut
dengan sintaks. Aturan-aturan sintaks dari suatu bahasa menentukan
kenapa sebuah kalimat dalam bahasa Inggris seperti "I love you" memiliki makna, tapi "*love you I" tidak [notes 3]
Aturan-aturan sintaks menentukan bagaimana urutan kata dan struktur
kalimat dibatasi, dan bagaimana batasan tersebut memiliki kontribusi
pada makna.[71]
Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat "si budak mengutuk si tuan"
dan "si tuan mengutuk si budak" memiliki makna berbeda karena peran dari
subjek tata-bahasa disandikan oleh kata benda di depan kata kerja, dan
peran dari objek disandikan oleh kata benda yang muncul setelah kata
kerja. Sebaliknya dalam Latin keduanya Dominus servos vituperabat dan Servos vituperabat dominus berarti "si tuan menegur si budak", karena servos, atau "budak", ada dalam kasus akusatif, memperlihatkan bahwa mereka adalah objek dari tata bahasa, dari kalimat dan dominus, atau "tuan", ada dalam kasus nominatif, memperlihatkan bahwa dia adalah si subjek. [72]
Latin menggunakan morfologi untuk mengekspresikan perbedaan antara
subjek dan objek, di mana pada bahasa Inggris menggunakan urutan kata.
Contoh lain bagaimana aturan-aturan sintatis memberikan makan adalah
aturan pada urutan kata terbalik dalam pertanyaan
yang ada di banyak bahasa. Aturan ini menjelaskan kenapa dalam bahasa
Inggris, saat frasa "John is talking to Lucy" berubah menjadi sebuah
pertanyaan, menjadi "Who is John talking to?", dan bukan "John is
talking to who?". Contoh terakhir bisa digunakan sebagai cara untuk
menempatkan empasis khusus pada who,
dengan demikian sedikit merubah makna dari pertanyaan. Sintaks juga
mengikutkan aturan-aturan bagaimana kalimat-kalimat kompleks disusun
dengan mengelompokan kata-kata dalam unit-unit, disebut frase,
yang dapat menempati tempat berbeda dalam suatu struktur sintaktis
besar. Kalimat-kalimat dapat dijelaskan sebagai terdiri dari frase-frase
terhubung dalam sebuah struktur pohon, menghubungkan frase satu sama
lain pada tingkatan yang berbeda. [73]
Di sebelah kanan adalah suatu representasi grafik dari analisis
sintaktis dari kalimat bahasa Inggris "the cat sat on the mat". Kalimat
tersebut dianalisa sebagai dibentuk oleh suatu frase kata benda, kata
kerja dan frase preposional; fase preposional lebih lanjut lagi dibagi
menjadi sebuah preposisi dan sebuah frase kata benda; dan frase kata
benda terdiri dari dari sebuah artikel dan sebuah kata benda. [74]
Alasan kenapa kalimat dapat dilihat sebagai menjadi gabungan dari
frase adalah karena setiap frase akan bergerak sebagai sebuah elemen
tunggal jika operasi sintaktis diikutkan. Contohnya, "the cat" adalah
satu frase dan "on the mat", adalah yang lainnya karena mereka akan
dianggap sebagai satu unit jika sebuah pilihan telah dibuat untuk
menekankan lokasi dengan pindah ke depan frase preposisi: "[And] on the
mat, the cat sat".[74]
Ada banyak perbedaan pada kerangka formalis dan fungsionalis yang
mengajukan teori-teori untuk menjelaskan struktur sintaktis, berdasarkan
asumsi-asumsi berbeda tentang apa itu bahasa dan bagaimana ia
seharusnya dijelaskan. Tiap-tiapnya akan menganalisa sebuah kalimat
seperti contoh di atas dalam makna yang berbeda.[14]
Tipologi: universal dan diversitas
Bahasa dapat dikelompokan menurut relasi pada tipe-tipe tata-bahasa
mereka. Bahasa-bahasa yang berada pada rumpun yang berbeda terkadang
memiliki fitur-fitur yang sama, dan fitur berbagi tersebut condong
berhubungan.[75] Contohnya, bahasa dapat dikelompokan berdasarkan urutan kata, urutan relatif dari kata kerja, dan komponen-komponennya dalam suatu kalimat indikatif normal. Dalam bahasa Inggris, urutan dasar adalah SPK: "Ular (S) menggigit (P) orang (O)", sedangkan untuk contohnya, kalimat tersebut dalam bahasa orang Australia Gamilaraay akan menjadi "duyugu nama dayn yiːy" (Ular Orang Gigit), Subjek-Objek-Predikat. [76]
Tipe urutan kata berkaitan sebagai suatu parameter tipologis, karena
dasar tipe urutan kata berhubungan dengan parameter sintaktis lainnya,
seperti urutan relatif dari kata benda dan adjektif, atau penggunaan preposisi atau posposisi. Korelasi seperti itu disebut implikasi universal. Contohnya, kebanyakan (tapi tidak semua) bahasa yang memiliki tipe SOP memiliki posposisi bukan preposisi, dan memiliki adjektif sebelum kata benda. [77]
Dari kajian berbagai tipe urutan kata, telah ditemukan bahwa tidak
semua bahasa mengelompokan hubungan antara aktor dan aksi menjadi
Subjek, Objek dan Kata Kerja, seperti dalam Bahasa Inggris. Tipe ini
disebut dengan tipe nominatif-akusatif. Beberapa bahasa disebut ergatif,
Gamilaraay di antaranya, membedakan antara Agen dan Pasien. Dalam
klausa transitif bahasa Inggris, kedua subjek dari kalimat intransitif
("I run") dan kalimat transitif ("I love you") diperlakukan sama,
diperlihatkan di sini oleh kata ganti nominatif I. Dalam
bahasa-bahasa ergatif, partisipan tunggal dalam sebuah kalimat
intransitif, seperti "I run", diperlakukan sama sebagai pasien dalam
suatu kalimat transitif, memberikan persamaan pada "me run" dan "you
love me". Hanya pada kalimat transitif persamaan kata ganti I akan digunakan. [76]
Dengan cara ini aturan-aturan semantik dapat dipetakan ke relasi
tatabahasa dengan cara berbeda, mengelompokan sebuah subjek intransitif
baik dengan Agen (tipe akusatif) atau Pasien (tipe ergatif) atau membuat
setiap dari tiga aturan tersebut secara berbeda, yang disebut tipe tripartite. [78]
Fitur-fitur berbagi bahasa yang termasuk pada tipe kelas tipologis
yang sama bisa muncul secara independen. Kemunculannya mereka bisa
dikarenakan hukum universal mengatur struktur dari bahasa alami, bahasa
universal, atau mereka mungkin sebuah hasil dari bahasa-bahasa
mengembangkan solusi-solusi konvergen terhadap permasalahan komunikatif
yang muncul yang mana manusia menggunakan bahasa untuk menyelesaikannya.
[15]
Konteks sosial dari penggunaan dan transmisi
Sementara semua manusa memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa
apapun, mereka hanya melakukan tersebut jika mereka tumbuh dalam suatu
lingkungan yang memiliki bahasa dan digunakan oleh yang lain. Bahasa
oleh karena itu bergantung pada komunitas dari pembicara di mana anak-anak mempelajari bahasa
dari orang tua dan teman, dan mereka sendiri memindahkan bahasa kepada
anak mereka. Bahasa digunakan oleh mereka yang menyuarakannya untuk komunikasi
dan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial. Banyak aspek dari
penggunaan bahasa dapat dilihat beradapatsi secara spesifik untuk tujuan
tersebut. [15]
Dikarenakan cara di mana bahasa dipindahkan antara generasi dan dalam
komunitas, bahasa terus-menerus berubah, berpisah menjadi bahasa baru
atau menyatu karena kontak bahasa. Prosesnya sama dengan proses pada evolusi, di mana proses dari turunana dengan modifikasi mengarah pada formasi dari suatu pohon filogenetis. [79]
Namun bahasa berbeda dengan organisme biologis di mana mereka siap menggabungkan elemen-elemen dari bahasa lain lewat proses difusi,
saat pembicara dari bahasa-bahasa berbeda melakukan kontak. Manusia
juga terkadang menggunakan lebih dari satu bahasa, memperoleh bahasa pertama
mereka atau bahasa saat kanak-kanak, atau mempelajari bahasa baru saat
mereka tumbuh. Karena meningkatnya kontak bahasa dalam dunia global,
banyak bahasa-bahasa kecil menjadi langka
karena si penutur berpindah ke bahasa lain yang memungkinkan mereka
berpartisipasi dalam komunitas yang lebih besar dan lebih influensial. [80]
Penggunaan dan Makna
Kajian semantik dari makna mengasumsikan bahwa makna berada dalam
suatu relasi antara isyarat dan makna yang secara kuat terbentuk lewat
konvensi sosial. Namun, semantik tidak mempelajari bagaimana dalam
konvensi sosial tersebut dibaut dan mempengaruhi bahasa. Melainkan, saat
mempelajari bagaimana suatu kata dan isyarat digunakan, terkadang kata
memiliki makna berbeda, bergantung kepada penggunaan pada konteks
sosial. Salah satu contoh penting dari hal ini adalah proses yang
disebut deixis,
yang menjelaskan cara bagaimana beberapa kata mengacu kepada entitas
lewat relasi mereka dalam titik-titik tertentu dalam ruang dan waktu
saat kata tersebut diucapkan. Kata tersebut adalah, contohnya, kata,
"Saya" (yang menunjuk pembicara), "sekarang" (yang menunjukan momen
pembicaraan), dan "di sini" (yang menunjukan waktu berbicara). Isyarat
juga berubah maknanya sepanjang waktu, saat konvensi mengatur
penggunaannya secara bertahap berubah. Kajian tetang bagaimana makna
dari ekspresi linguistik berubah bergantung konteks disebut pragmatika.
Deixis adalah sebuah bagian penting dari cara kita menggunakan bahasa
untuk menunjukan entitas di dunia. [81]
Pragmatika bersangkutan dengan cara-cara di mana penggunaan bahasa
dipolakan dan bagaimana pola-pola tersebut mempengaruhi makna. Sebagai
contohnya, di semua bahasa, ekspresi linguistik dapat digunakan tidak
hanya untuk memindahkan informasi, tapi untuk melakukan aksi. Aksi-aksi
tertentu hanya dibentuk lewat bahasa, tapi memiliki efek nyata,
misalnya, aksi "menamakan", yang membuat sebuah nama baru untuk beberapa
entitas, atau aksi dari "menyebutkan seseorang suami dan istri", yang
membuat kontrak sosial dari pernikahan. Tipe-tipe dari aksi ini disebut
dengan aksi bicara, walau mereka tentu saja terbawa dalam penulisan dan isyarat tangan. [82]
Bentuk dari ekspresi linguistik tidak berhubungan dengan makna yang
dimilikinya dalam suatu konteks sosial. Contohnya, jika di meja makan
seseorang bertanya, "bisakah anda menjangkau garam?", hal itu, faktanya,
bukanlah pertanyaan tentang panjang dari tangan teman yang diajak
bicara, tapi suatu permintaan untuk memberikan garam. Makna tersebut
tersirat oleh konteks di mana ia dibicarakan; bentuk efek dari makna ini
disebut implikatur konversasional.
Aturan-aturan sosial tentang bagaimana penggunaan bahasa dianggap
sesuai dalam situasi tertentu dan bagaimana pengucapan dapat dipahami
dalam relasi terhadap konteksnya beragam dalam komunitas, dan
mempelajarinya adalah suatu bagian besar dari memperoleh kompetensi komunikatif dalam sebuah bahasa. [83]
Akuisisi bahasa
Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal,
belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa
yang ada disekitarnya: bahasa manapun yang mereka terima secara penuh
selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara
anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa oral. [84]
Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak
seperti pembelajaran lainnya, ia tidak membutuhkan pembelajaran
langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan "keinginan insting untuk memperoleh suatu seni."[8]
Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun
terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan
tertentu di antara bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi
merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara lainnya. Sekitar
umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai mengoceh,
menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya.
Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrasa
(secara harfiah "keseluruhan-kalimat"), pengucapan yang hanya
menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa
bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, mereka akan menghasilkan
pengucapan dengan dua-kata, dan dalam beberapa bulan akan mulai ber-bicara telegrafis, atau kalimat singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa
daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur sintaks
reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk
berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa
dewasa. [85]
Akuisisi dari bahasa kedua dan tambahan dapat berlangsung pada umur
berapapun, lewat paparan dalam hidup sehari-hari atau lewat kursus. Anak
yang mempelajari bahasa kedua lebih mungkin mendapatkan kefasihan
seperti aslinya daripada orang dewasa, tapi secara umum, sangat jarang
bagi seseorang yang menggunakan bahasa kedua melewati secara penuh
penutur aslinya. Perbedaan penting antara akuisisi bahasa pertama dan
akuisisi bahasa tambahan adalah bahwa proses dari akuisisi bahasa
tambahan dipengaruhi oleh bahasa yang si pelajar telah ketahui.
Bahasa dan kultur
Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma perkataan dari
komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih besar
dari komunitas yang menuturkannya. Bahasa tidak hanya berbeda dari segi
pengucapan, kosakata, atau tatabahasa, tapi juga berbeda dalam "kultur
berbicara". Manusia menggunakan bahasa sebagai cara memberikan sinyal
identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang lainnya. Bahkan
di antara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara berbeda dalam
menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan untuk memberikan
sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang besar. Linguis
dan antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa berbeda antara Komunitas bicara.
Linguis menggunakan istilah variasi untuk mengacu pada cara-cara berbeda dalam berbicara suatu bahasa. Istilah ini mengikutkan dialek yang secara geografi atau sosialkultural dibentuk dan juga jargon atau gaya dari subkultur.
Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya
komunikasi sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur
tertentu. [86]
Karena norma-norma bagi penggunaan bahasa bersama oleh anggota dari
grup tertentu, gaya komunikasi juga menjadi suatu cara memperlihatkan
dan membangun identitas grup. Perbedaan linguistik bisa menjadi penanda
penting dari pemisahan antara kelompok-kelompok sosial, contohnya,
menuturkan sebuah bahasa dengan aksen khusus bisa menyatakan keanggotaan
dari sebuah etnis minoritas atau kelas sosial, wilayah asal, atau
status sebagai penutur bahasa kedua. Bentuk-bentuk perbedaan ini bukan
bagian dari sistem linguistik, tapi adalah suatu bagian penting dari
bagaimana pengguna bahasa menggunakan bahasa sebagai alat sosial untuk
membangun kelompok. [87]
Namun, banyak bahasa juga memiliki konvensi tatabahasa yang
mensinyalkan posisi sosial dari pembicara dengan relasi terhadap yang
lain lewat penggunaan tingkat nama yang berkaitan dengan hirarki atau
pemisahan sosial. Dalam banyak bahasa, terdapat perbedaan gaya atau
bahkan tata-bahasa antara cara pria dan wanita berbicara, antara
kelompok usia, atau antara kelas sosial,
seperti halnya beberapa bahasa menggunakan kata-kata berbeda bergantung
kepada siapa mendengarkan. Contohnya, dalam bahasa Australia Dyirbal,
seorang pria yang menikah harus menggunakan sekumpulan kata-kata untuk
mengacu pada benda-benda keseharian saat berbicara, bila ada ibu
angkatnya.[86] Beberapa kultur, contohnya, memiliki sistem yang rumit dalam "deixis sosial", atau sistem pensinyalan jarak sosial lewat makna linguistik. [88]
Dalam Bahasa Inggris, deixis sosial biasanya diperlihatkan lewat
pembedaan antara mengacu beberapa orang dengan nama depan dan yang lain
dengan nama keluarga, dan juga dalam gelar seperti "Nyonya.", "anak",
"Doktor", atau "Yang Mulia", tapi pada bahasa lain, sistem tersebut bisa
sangat kompleks dan tersandi di seluruh tatabahasa dan kosakata dari
bahasa. Misalnya, pada beberapa bahasa di Asia timur, seperti Thai, Burmese, dan Jawa,
kata yang berbeda digunakan berdasarkan apakah pembicara mengacu
seseorang dari tingkat tinggi atau rendah dari diri sendiri dalam sebuah
sistem tingkatan dengan hewan dan anak-anak di yang paling bawah dan
dewa-dewi dan anggota kerajaan sebagai yang tertinggi. [88]
Tulisan, literasi dan teknologi
Dalam sejarah sejumlah cara-cara berbeda dari merepresentasikan bahasa dalam media grafik telah ditemukan. Hal ini disebut sistem tulis.
Penggunaan tulisan telah membuat bahasa lebih berguna bagi manusia.
Ia membuat kita bisa menyimpan sejumlah besar informasi di luar tubuh
manusia dan menerimanya kembali, dan ia membolehkan komunikasi
antarjarak yang sebelumnya tidak mungkin. Banyak bahasa secara
konvensional menggunakan jenis-jenis berbeda, gaya, dan tingkat nada
dalam bahasa tulisan dan lisan, dan dalam beberapa komunitas, tulisan
secara tradisional mengambil tempat bahasa yang berbeda daripada yang
diucapkan. Ada beberapa bukti bahwa penggunaan tulisan juga memiliki
efek pada perkembangan kognitif pada manusia, mungkin karena mempelajari
literasi secara umum membutuhkan pendidikan eksplisit dan pendidikan formal. [89]
Penemuan sistem tulis pertama secara kasar bersamaan dengan permulaan dari Zaman Perunggu pada akhir periode Neolitik dari akhir 4 milenia SM. naskah cuneiform Sumeria purba dan Hiroglif Mesir
secara umum dianggap sistem tulis paling awal, keduanya muncul dari
sistem simbol proto-literasi nenek moyang dari 3400-3200 SM dengan
tulisan koheren paling awal sekitar 2600 SM.
Secara umum disetujui bahwa tulisan Sumeria adalah suatu penemuan
independen; namun, diperdebatkan apakah tulisan orang Mesir dikembangkan
penuh secara independen oleh orang Sumeria, atau karena difusi kultural. Debat yang sama juga ada pada naskah China, yang dibuat sekitar 1200 SM. Sistem tulis Mesoamerika pra-Kolombia (termasuk di antaranya Olmec dan Naskah Maya) secara umum dipercaya memiliki asal mula yang independen. [61]
Perubahan Bahasa
Semua bahasa berubah saat pembicara mengadopsi atau menemukan cara
baru berbicara dan menyampaikannya ke anggota lain dari komunitas
berbicara mereka. Perubahan bahasa terjadi pada semua tingkat dari
tingkat fonologis sampai pada tingkat kosa kata, morfologi, sintaks, dan
diskursus. Walaupun perubahan bahasa terkadang pada awalnya dinilai
negatif oleh pembicara dari bahasa tersebut yang sering menganggap
perubahan menjadi "merusak" atau sebagai suatu tanda penggunaan bahasa
yang salah dari normal, hal tersebut adalah alami dan tidak terelakkan. [90][91]
Perubahan bisa mempengaruhi suara-suara tertentu atau seluruh sistem fonologis. Perubahan suara bisa terdiri dari penggantian dari suatu suara atau fitur fonetik
oleh yang lain, hilang sepenuhnya suara yang dipengaruhi, atau bahkan
munculnya suara baru di tempat yang tadinya tidak ada. Perubahan suara
dapat dikondisikan di mana suatu suara berubah hanya jika ia
terjadi dalam daerah sekitar dari suara-suara tertentu lainnya.
Perubahan suara biasanya dianggap biasa, yang berarti ia
diharapkan untuk diterapkan secara mekanis saat kondisi strukturalnya
sesuai, terlepas dari faktor-faktor non-fonologis. Di sisi lain,
perubahan suara terkadang sporadik, mempengaruhi hanya satu kata
tertentu atau beberapa kata, tanpa ada kesamaan yang tampak. Terkadang
sebuah perubahan sederhana memicu suatu rantai pergeseran di mana seluruh sistem fonologis terpengaruhi. Hal ini terjadi pada Bahasa Germanic saat perubahan suara yang dikenal dengan Hukum Grimm mempengaruhi semua stop konsonan dalam sistem. Konsonan asli * bʰ menjadi /b/ dalam bahasa Jerman, yang sebelumnya * b berubah menjadi /p/ dan * p sebelumnya berubah menjadi /f/. Proses yang sama berlaku untuk semua stop konsonan dan menjelaskan kenapa Bahasa Italic seperti Latin memiliki p dalam kata seperti pater dan pisces, sementara bahasa Germanic, seperti Inggris, memiliki fater dan fish. [92]
Contoh lainnya adalah Pergeseran harakat besar
dalam bahasa Inggris, yang merupakan alasan kenapa pengejaan harakat
Inggris tidak berhubungan dengan pengucapannya sekarang. Hal ini karena
pergeseran harakat membawa ortografi yang telah mapan keluar dari
sinkronisasi dengan pengucapannya. Sumber lain dari perubahan suara
adalah erosi dari kata-kata saat pengucapan secara bertahap menjadi
semakin tidak berbeda dan mempersingkat kata, menghilangkan
silabel-silabel atau suara. Perubahan jenis ini menyebabkan Latin mea domina menjadi Prancis madame]] dan Inggris Amerika ma'am. [93]
Perubahan juga terjadi dalam tatabahasa dari bahasa pada pola-pola diskursus seperti idiom atau konstruksi tertentu menjadi gramatikalisasi.
Hal ini sering terjadi saat kata atau morfem aus dan sistem gramatis
secara tidak sadar menyusun ulang untuk mengganti elemen yang hilang.
Sebagai contoh, dalam beberapa ragam dari Spanyol Carribean akhiran /s/ telah menghilang. Karena Standar Spanyol menggunakan akhiran /s/ dalam morfem menandakan orang kedua subjek "anda" pada kata kerja, variasi Carribean sekarang harus mengekspresikan orang kedua menggunaan kata ganti tú. Hal ini berarti kalimat "Nama anda siapa" adalah ¿como te llamas? Templat:Ipa di Standar Spanyol, tapi Templat:Ipa di Spanyol Carribean. Perubahan suara sederhana telah mempengaruhi morfologi dan sintaks. [94]
Penyebab utama lainnya dari perubahan tata-bahasa adalah kebakuan
bertahap dari idiom-idiom menjadi bentuk-bentuk tata-bahasa baru,
contohnya cara dalam bahasa Inggris konstruksi "going to" hilang aspek
penggunaannya dan dalam suatu variasi bahasa Inggris hampir menjadi
kalimat baku masa depan (yaitu I'm gonna).
Perubahan bahasa bisa disebabkan oleh faktor-faktor "internal
bahasa", seperti perubahan dalam pengucapan dimotivasi oleh suara-suara
tertentu sangat susah untuk dibedakan secara audio atau untuk diucapkan,
atau karena pola-pola tertentu dari perubahan yang menyebabkan
tipe-tipe langka tertentu dari konstruksi menjadi bergeser ke arah tipe-tipe yang lebih umum. [95]
Penyebab lain dari perubahan bahasa adalah sosial, seperti saat
pengucapan tertentu menjadi bersifat lambang dari keanggotan dalam
kelompok tertentu, seperti kelas-kelas sosial, atau dengan ideologi-ideologi,
dan oleh karenanya diadopsi oleh mereka yang ingin diidentifikasi
dengan kelompok atau ide tersebut. Dengan cara ini, permasalahan
identitas dan politik bisa memiliki efek mendalam dalam struktur bahasa.
[96]
Kontak bahasa
Salah satu sumber penting dari perubahan bahasa adalah kontak antara bahasa-bahasa berbeda dan menghasilkan difusi dari sifat-sifat linguistik antara bahasa. Kontak bahasa terjadi saat pembicara dari dua atau lebih bahasa atau variasi berinteraksi secara regular. [97] Multilingualisme mungkin telah menjadi hal yang normal dalam sejarah manusia, dan sekarang kebanyakan manusia di dunia adalah multilingual. Sebelum munculnya konsep negara ethno-nasional,
monolingualisme dikarakterkan umumnya dari populasi yang menghuni
pulau-pulau kecil. Tapi dengan ideologi yang membuat satu masyarakat,
satu negara, dan satu bahasa perubahan politik yang diinginkan,
monolingualisme mulai menyebar lewat dunia. Namun, hanya ada sekitar 250
negara di dunia bersamaan dengan sekitar 6000 bahasa, yang berarti
bahwa kebanyakan negara adalah multilingual dan kebanyakan bahasa maka
ada karena kontak dekat dengan bahasa lainnya. [98]
Saat pembicara dari bahasa berbeda berinteraksi secara dekat, bahasa
mereka biasanya mempengaruhi satu sama lain. Selama kontak bahasa
terjaga terus-menerus selama periode waktu yang lama, sifat-sifat
linguistik bergabung antara bahasa, dan bahasa-bahasa yang tadinya dari
rumpun yang berbeda bisa menyatu menjadi lebih mirip. Dalam wilayah di
mana banyak bahasa berada pada kontak dekat, hal ini bisa mengarah pada
formasi dari Wilayah bahasa
di mana bahasa yang tidak berhubungan berbagi sejumlah fitur-fitur
linguistik. Jumlah dari wilayah bahasa telah dicatat, di antaranya, Wilayah bahasa Balkan, Wilayah bahasa Mesoamerika, dan Wilayah bahasa Ethiopia. Juga, wilayah besar seperti Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tenggara terkadang dianggap wilayah bahasa, karena persebaran difusi dari fitur areal tertentu. [99][100]
Kontak bahasa juga bisa menyebabkan suatu variasi dari fenomena linguistik lain, termasuk konvergensi bahasa, pinjaman, dan releksifikasi
(penggantian dari kosa kata asli dengan bahasa lain). Dalam situasi
ekstrim dan kontak bahasa yang terus-menerus, ia bisa menyebabkan pada
formasi dari bahasa campuran baru yang tidak dapat dianggap termasuk pada satu rummpun bahasa. Salah satu tipe dari bahasa campuran disebut pijin
terjadi saat pembicara dewasas dari dua bahasa berbeda berinteraksi
secara teratur, tapi dalam suatu situasi di mana tidak ada kelompok yang
belajar untuk berbicara bahasa dari kelompok lainnya secara fasih. Pada
kasus ini, mereka terkadang akan membentuk suatu bentuk komunikasi yang
memiliki sifat-sifat dari kedua bahasa, tapi dengan tata-bahasa dan
struktur fonologis yang disederhanakan. Bahasa tersebut muncul umumnya
terdiri dari kategori-kategori tata-bahasa dan fonologis seperti orang
yang memiliki bahasa lain sebagai bahasa pertamanya. Tapi jika sebuah
bahasa Pijin menjadi bahasa utama dari suatu komunitas, maka nantinya
anak-naka mereka akan tumbuh mempelajari pijin sebagai bahasa pertama
mereka. Saat generasi dari anak-anak tersebut tumbuh, pijin terkadang
akan tampak berubah strukturnya dan memperoleh tingkat kompleksitas yang
tinggi. Tipe bahasa ini disebut dengan bahasa kreol. Contoh dari bahasa campuran adalah Tok Pisin, bahasa resmi dari Papua New-Guinea, yang awalnya muncul sebagai Pijin berdasarkan bahasa Inggris dan Bahasa Austronesian; contoh lainnya yaitu Kreyòl ayisyen, bahasa kreol berbasiskan Prancis yang digunakan di Haiti, dan Michif, bahasa campuran di Kanada, berdasarkan pada bahasa Natif Amerika Cree dan Prancis. [101] [102]
Keberagaman linguistik
a hidup" sederhananya adalah bahasa yang secara luas digunakan
sebagai bentuk komunikasi utama oleh kelompok tertentu dari masyarakat.
Jumlah pasti dari bahasa hidup beragam dari 6.000 sampai 7.000,
bergantung kepada presisi dari definisi seseorang tentang "bahasa", dan
terutama, tentang bagaimana seseorang membedakan antara bahasa dan dialek. Pada tahun 2009, SIL ethnologue mengkatalogkan 6909 bahasa hidup manusia.[103] Ethnologue mendirikan grup linguistik untuk mempelajari kejelasan mutual, dan makanya terkadang mengikutkan lebih banyak kategori-kategori daripada klasifikasi konservatif. Sebagai contohnya, Bahasa Denmark
yang banyak ahli menganggap sebagai bahasa tunggal dengan beberapa
dialek, dikelompokkan sebagai dua bahasa berbeda (Danish dan Jutish) oleh Ethnologue. [103]
Ethnologue terkadang juga dikritik karena menggunakan data kumulatif
yang dikumpulkan selama beberapa dekade, yang berarti bahwa jumlah pasti
dari penutur seringkali kedaluwarsa, dan beberapa bahasa
diklasifikasikan sebagai hidup mungkin telah menjadi punah. Menurut
Ethnologue, 389 (atau hampir 6%) bahasa memiliki lebih dari sejuta
penutur. Bahasa-bahasa tersebut bersama mencatat sekitar 94% dari
populasi dunia, sebaliknya 94% dari bahasa dunia digunakan oleh 6% dari
populasi golbal. Di sebelah kanan adalah tabel dari 10 bahasa paling
banyak dituturkan didunia dengan populasi diestimasi dari Ethnologue
(perhitungan tahun 2009).[103]
Bahasa dan dialek
Tidak ada perbedaan jelas antara sebuah bahasa dan sebuah dialek, meskpun sebuah aforisme terkenal diatribusikan pada linguis Max Weinreich bahwa "sebuah bahasa adalah sebuah dialek dengan angkatan darat dan angkatan laut". [104]
Contohnya, perbatasan negara seringkali menimpa perbedaan linguistik
dalam menentukan apakah dua ragam linguistik adalah bahasa atau dialek. Bahasa Kanton dan Bahasa Mandarin, sebagai contohnya, sering dikelompokkan sebagai "dialek" dari Cina, walaupun mereka lebih berbeda satu sama lain daripada Bahasa Swedia adalah dari Bahasa Norwegia. Sebelum perang sipil Yugoslavia, Bahasa Serbia-Kroasia dianggap sebuah bahasa tunggal dengan dua dialek, tapi sekarang Bahasa Kroasia dan Bahasa Serbia
dianggap bahasa berbeda, dan menggunakan sistem tulis yang berbeda.
Dengan kata lain, perbedaannya bisa saja tergantung pada pertimbangan
politik seperti halnya pada perbedaan kultural, perbedaan sistem tulis, atau tingkat dari Kejelasan mutual. [105]
Rumpun bahasa di Dunia
Bahasa-bahasa di dunia dapat dikelompokan menjadi rumpun bahasa
mencakup bahasa-bahasa yang dapat diperlihat memiliki leluhur yang
sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa, walau beberapa
dari mereka dapat dikelompokan menjadi unit lebih besar bila lebih
banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang ada
lusinan bahasa terisolasi: bahasa yang tidak dapat diperlihatkan berelasi dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adlah Basque, dituturkan di Eropa, Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di Pakistan dan banyak lainnya.
Rumpun bahasa di dunia yang memiliki jumlah penutur paling banyak adalah Bahasa Indo-Eropa, dituturkan oleh 46% dari populasi dunia. Rumpun ini mengikutkan bahasa utama dunia seperti Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, dan Hindustani (Hindi / Urdu). Rumpun bahasa Indo-Eropa mencapai pemerataan pertama selama Periode Migrasi Eurasia (400-800 M), dan diteruskan lewat ekspansi kolonial Eropa, yang membawa bahasa Indo-Eropa ke posisi dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dituturkan oleh 21% populasi dunia dan mengikutkan banyak bahasa dari Asia Timur, termasuk Cina Mandarin, Bahasa Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.
Afrika adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu rumpun bahasa Niger-Kongo, yang mengikutkan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona, dan Bahasa Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terhitung 6,4% dari populasi dunia. Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang mengikutkan Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew, dan bahasa-bahasa di wilayah Sahara, seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.
Bahasa Austronesian dituturkan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar sampai Asia Tenggara Laut mencapai Oseania. Ia mengikutkan beberapa bahasa seperti Bahasa Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia dan Taiwan.
Bahasa Austronesian dianggap berasal dari Taiwan sekitar 3000 SM. dan
tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada
kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat lainnya adalah Bahasa Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu), Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), Austroasiatic (di antaranya Khmer), dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa Thai). [106]
Area di dunia yang memiliki keberagaman linguistik tertinggi, seperti Amerika, Papua New Guinea, Afrika Barat, dan Asia-Selatan, memiliki ratusan rumpun bahasa kecil. Di Amerika, beberapa rumpun bahasa besar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa Oto-Manguean, dan Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, kebanyakan bahasa pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan,
walaupun Papua-New Guinea adalah rumah bagi sejumlah besar rumpun
bahasa kecil dan terisolasi, sebagaimana juga sejumlah bahasa
Austronesian. [107]
Kepunahan bahasa
Hampir punahnya bahasa terjadi bila sebuah bahasa berada pada resiko tidak digunakan lagi bila penuturnya meninggal atau bergeser menggunakan bahasa lain. Bahasa hilang terjadi saat bahasa tersebut tidak memiliki penutur asli, dan menjadi sebuah bahasa mati. Jika kemudian tidak ada lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia menjadi bahasa punah.
Walau bahasa selalu menjadi punah selama sejarah manusia, sekarang
mereka menghilang dengan laju semakin cepat dikarenakan proses-proses
dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi bahasa lainnya. [1]
Semakin bahasa yang secara umum dituturkan mendominasi bahasa yang
jarang dituturkan dan maka, bahasa yang jarang dituturkan nantinya akan
menghilang dari populasi. Jumlah total dari bahasa di dunia tidak
diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak faktor.
Konsensus umum adalah sekitar 6.000 [2] dan 7.000 bahasa yang sekarang dituturkan, dan antara 50-90% dari mereka akan menjadi punah pada tahun 2100. [1] 20 Bahasa teratas
dituturkan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya, dituturkan
oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain yang
dituturkan oleh komunitas yang lebih kecil, kebanyakan mereka kurang
dari 10.000 penutur. [1]
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
bergerak dengan lima tingkat dari bahasa yang terancam punah: "aman",
"rentan" (tidak dituturkan oleh anak di luar rumah), "pasti punah"
(tidak dituturkan oleh anak), "punah parah" (hanya dituturkan oleh
generasi tua), dan "langka kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota
dari generasi tua, terkadang semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih baik bila semuanya menggunakan sebuah bahasa utama lingua franca, seperti bahasa Inggris atau Esperanto,
ada suatu konsensus umum bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman
kultural dari dunia. Adalah kepercayaan umum, merujuk kembali pada
narasi alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik, [24]
tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak
episode-episode kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan
keberagaman linguistik yang rendah seperti Yugoslavia dan Perang Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman Nazi dan Rwanda, meskipun kebanyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat multilingual. [108]
Banyak proyek-proyek sedang berjalan bertujuan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan tersebut dengan merevitalisasi
bahasa yang terancam penuh dan mempromosikan edukasi dan literasi
terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak negara telah
memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk melindungi dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa.
Minoritas linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa adalah
proses alami yang seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan
mendokumentasikan bahasa yang terancam punah demi keturunan sudah cukup.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa#Bahasa_dan_dialek
maaf tulisannya sulit dibaca, mungkin bisa diganti font lain, agar mudah dibaca
ReplyDelete