Thursday, May 30, 2013

Difusi, Akulturasi, Asimilasi, Dan Inovasi Kebudayaan

Difusi, Akulturasi, Asimilasi, Dan Inovasi Kebudayaan


A. DIFUSI
  1. Pengertian Difusi
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain.
  1. Bentuk-bentuk Difusi
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama. 5 Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu :
a. Hubungan symbiotic
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.
b. Penetration pacifique (pemasukan secara damai)
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.
c. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)
Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan.
Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses difusi yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku bangsa. Konsep stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggap 6 sebagai kebudayaan yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing tersebut.
  1. Proses difusi
Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:
a. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
b. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima.
Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.
Contoh-contoh difusi
Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.
Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu :
1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.
B. AKULTURASI
1. Pengertian Akulturasi
Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
2. Masalah yang Timbul dalam Akulturasi
Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu :
  1. masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
  1. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
  1. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
  1. masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
  1. masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
3. Hal-hal Penting Mengenai Akulturasi
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akan meneliti akulturasi adalah :
  1. keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan.
Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebenarnya merupakan bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Apabila ada sumber-sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah. Bila sumber tertulis tidak ada, peneliti harus mengumpulkan bahan tentang keadaan masyarakat penerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnya dengan proses wawancara. Dengan demikian, seorang peneliti dapat mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Saat inilah yang disebut “titik permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation.
  1. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation. Pekerjaan dan latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah. Hal ini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat itu adalah masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanya mengetahui sebagian kecil dari kebudayaannya saja, biasanya yang berkaitan dengan profesi dan latar belakang warga tersebut.
  1. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima.
Hal ini penting untuk mengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses akulturasi. Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harus dilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaan daerah, maka saluran-salurannya adalah melalui sistem propaganda dari partai-partai politik, pendidikan sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.
  1. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi
Kadang, unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-golongan dalam masyarakat berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.
5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing, Terbagi menjadi 2 reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi “progresif”. Reaksi “kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada akhirnya akan menyebabkan pengunduran diri pihaknya dari kenyataan kehidupan masyarakat, kembali ke kehidupan mereka yang sudah kuno. Reaksi “progresif” adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi yang menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
C. ASIMILASI
1. Pengertian Asimilasi
Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Secara singkat, asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru.
2. Golongan yang Mengalami Proses Asimilasi
Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
3. Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Asimilasi
Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati dari individu-individu dalam suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain . Sikap toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat terhalang oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
b. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
c. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.
D . INOVASI
1. Pengertian Inovasi
a. Adalah proses sosial budaya yang menerima unsur-unsur kebudayaan baru dan mengesampingkan cara-cara lama yang telah melembaga.
b. Proses penyesuaian dari penemuan baru dengan kebutuhan masyarakat melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalammasyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada abad teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya. Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru.
sumber : http://wakuadratn.wordpress.com/2013/01/24/difusi-akulturasi-asimilasi-dan-inovasi-kebudayaan/

Daftar Istilahdalam Ilmu Anropologi

1.      Affines : Pertalian saudara akibat perkawinan atau besan.
2.      Age-Set diterjemahkan kelompok usia : Sebuah kategori sosial ( kelompok hukum ) yang keanggotaanya didasarkan pada usia.
3.      Animism atau animisme : Keyakinan bahwa sebuah fenomena alam terkait dengan roh halus.
4.      Appolonian atau Apolonian : Istilah yang berasal dari ahli filosofi Nietzsche, digunakan oleh Ruth Benedict untuk menggambarkan sebuah pola budaya yang dicirikan oleh kerjasama dan tidak adanya kerjasama.
5.      Balance reciproxity diterjamahkan  tukar menukar yang seimbang : Sejenis hubungan tukar menukar yang mewajibkan seseorang mengembalikan hadiah yang dia terima dengan hadiah lain yang nilai-nilai dan kepetingannya setara, biasanya setelah beberapa waktu tertentu.
6.      Band : Sebuah kelompok social yang anggota-anggotanya menempati wilayah yang sama dan yang boleh berburu serta mengumpulkan makanan bersama-sama.
7.      Category diterjemahkan kategori : sekelompok benda ( atau orang ) yang dikelompokkan karena memiliki ciri-ciri yang sama yang ditegaskan secara budaya.
8.      Chiefdom diterjemahkan Wilayah yang Dipimpin oleh Kepala Suku : sebuah bentuk organisasi politik, dimana kelompok-kelompok keluarga, adminidtrasi publik dan kekuasaan pada akhirnya menyatu di bawah satu sosok sentral. Si kepala bisa memiliki kendali atas masalah-masalah hukum dan agama, serta didistribusikan kembali benda-benda.
9.      Clan diterjemahkan Marga : Sebuah kelompok keturunan yang anggota-anggotanya bisa dirunut pada satu leluhur pria atau wanita tetapi tidak tahu secara pasti hubungan genealogis yang menghubungkan mereka dengan sang leluhur pria atau wanita  tersebut.
10.  Collectivism diterjemahkan kolektivisme : Sebuah pola budaya yang dicirikan oleh kerjasama di antara anggota-anggota komunitas tersebut. Individu kerap dianggap keluarga berharga dibandingkan dengan kelompok tersebut.
11.  Corporate Group diterjemahkan kelompok hukum : Sekelompok orang yang bertindak seakan-akan mereka merupakan individu hukum dalam kaitannya dengan hak-hak berssama atas lahan, atas sebuah nama atau identitas bersama, dan atas beberapa  tanggung jawab lain.
12.  Cultural relativism diterjemahkan relativisme budaya : Sebuah pendekatan dalam penelitian budaya yang para pengikutnya percaya bahwa semua budaya adalah unik dan terbentuk dari sejumlah gagasan berbeda tentang dunia sosial. Akibatnya, sebuah budaya hanya bisa dievaluasi dan dipahami menurut standar-standar dan nilai-nilai budaya.
13.  Descent diterjemahkan keturunan : Sebuah hubungan yang ditentukan oleh keterkaitan manusia dengan nenek moyang pria dan wanita melalui serangkain mata rantai dari salah satu / kedua orang tua dengan anak.
14.  Dionysian atau Dionisian : Sebuah istilah yang berasal dari ahli filosofi Nietzsche, digunakan oleh Ruth Benedict untuk menggambarkan sebuah pola budaya yang ditandai oleh agresi, ambisi, dan penekanan terhadap kepentingan individu di atas kepentingan kelompok.
15.  Dispute settlement diterjemahkan penyelesaian sengketa : Sebuah cara untuk menyelesaikan konflik diantara anggota-anggota sebuah komunitas atau kelompok-kelompok yang berbeda, yang diakui secara budaya.
16.  Ethnoarcheologi atau etnoarkeologi : studi tentang penggunaan benda-benda sehari-hari dan artefak pada masa sekarang untuk mengetahui secara detail kehidupan social di masa lampau.
17.  Ethnocentrism atau etnosentrisme : Cara seseorang memandang atau menggambarkan budaya-budaya lain berdasarkan sepenuhnya pada standar-standar budaya, adat istiadat dan nilai-nilai orang tersebut.
18.  Etnocide diterjemahkan Pembunuhan budaya : Kebijakan sistematis untuk membunuh dan menghancurkan budaya semua warga dalam sebuah rasa tau kategori sosial tertentu.
19.  Ethnography atau Etnografi : Pencatatan dan analisis tentang sebuah budaya tertentu berdasarkan riset lapangan.
20.  Exogamy atau eksogami : Sebuah aturan perkawinan yang mengharuskan orang-orang untuk menikah dengan orang lain dari kelompoknya atau yang tidak memiliki pertalian keluarga.
21.  Faction atau Faksi : Anggota-anggota sebuah sub kelompok ( yang kerap merasa tidak puas ) di dalam sebuah kelompok ataunkategori sosial yang lebih besar.
22.  Fictive kinship diterjemahkan pertalian keluarga fiktif : Sebuah bentuk hubungan sosial antara orang-orang yang tidak memiliki ikatan darah, dipersatukan oleh ikatanemosional dan kewajiban-kewajiban sosial seperti yang terjadi dalam keluarga-keluarga sedarah.
23.  Genealogy atau genealogi : Sebuah cara untuk menggambarkan jaringan hubungan yang dirunut melalui ikatan orangtua-anak, seperti dalam sebuah pohon keluarga.
24.  Hominid : Salah satu primate dari family Homonidae ; manusia termasuk ke dalam ordo ini.
25.  Indigenous atau Penduduk asli : Dalam hal ini khusus mengacu pada penduduk pribumi di sebuah wilayah dan cara hidup mereka.
26.  Jural : Terkait dengan sebuah system aturan atau hokum dan kewajiban-kewajiban yang meningkat.
27.  Key Informant diterjemahkan informan penting : Seorang individu yang memberikan keterangan detail dan khusus kepada seorang ahli antropologi sebagai bagian dari sebuah hubungan erat yang didasari rasa saling percaya dan saling memahami.
28.  Kin Group diterjemahkan kelompok keluarga : Sebuah kelompok social yang anggota-anggotanya menetapkan hubungan antar mereka berdasarkan leluhur mereka yang sama atau berdasarkan pertalian keluarga.
29.  Kinship diterjemahkan pertalian keluarga : Hubungan sosial yang didasarkan pada ikatan orang tua dan anak-anak yang secara budaya diakui dan yang diteruskan kepada saudara laki-laki dan saudara perempuan dan kerabat-kerabat yang lebih jauh,
30.  Life Historis diterjemahkan Sejarah kehidupan : Cerita tentang kehidupan dan pengalaman manusia yang direkam selama riset lapangan.
31.  Line age diterjemahkan garis keturunan langsung : Sebuah kelompok dengan satu garis keturunan anggota-anggotanya menurut keturunan mereka melalui garis keturunan pria atau wanita berdasarkan hubungan-hubungan genealogis yang sudah diketahui terhadap seseorang leluhur pria atau wanita.
32.  Matrilineal : Sebuah prinsip keturunan dari seseorang leluhur wanita yang dirunut melalui garis keturunan wanita.
33.  Monogamy atau monogami : Sebuah aturan perkawinan yang melarang setiap anggota masyarakat untuk memiliki lebih dari satu pasangan ( istri atau suami )
34.  Monotheism atau monoteisme : Keyakinan pada satu Tuhan yang Maha Kuasa.
35.  Moot diterjemahkan Dewan Musyawarah : Sejenis dewan tidak formal yang menyelesaikan sengketa hukum dihadapan anggota masyarakat.
36.  Norm diterjemahkan Norma : Sebuah pedoman tersurat atau tersirat tentang prilaku sosial yang lazim.
37.  Paleoantrophologist diterjemahkan Ahli antropologi purba : Ilmuwan yang tertarik meneliti sisa-sisa fosil berbagai primate.
38.  Participant observation diterjemahkan observasi partisipasif : Penelitian tentang cara-cara kehidupan manusia atau kelompok dengan hidup berdekatan dengan anggota-anggota kelompok tersebut, ikut andil dalam kehidupan sehari-hari dan mencatat perilaku dan seyakin-yakinnya mereka.
39.  Patrilineal : Prinsip keturunan dari seseorang leluhur pria yang dianut melalui garis keturunan pria.
40.  Poliandry atau poliandri : Perkawinan seorang wanita dengan lebih dari satu pria.
41.  Polygamy atau poligami : Praktik atau kebiasaan memiliki lebih dari satu pasangan hidup ( suami.istri ).
42.  Polygyni atau poligini : Perkawinan seorang pria dengan lebih dari satu wanita.
43.  Polytheisme atau politeisme : Keyakinan dan pemujaan pada lebih dari satu Tuhan.
44.  (Pro) genitor atau (Pro)-genitor : Ayah biologis seorang anak.
45.  (Pro) genitrix atau (Pro)-genetriks : Ibu biologis seorang anak.
46.  Sanction atau sanksi : Ganjaran untuk prilaku yang secara social direstui, atau kendali untuk perilaku yang menyimpang.
47.  Structuralism atau strukturalisme : Sebuah teori yang hamper secara umum dikaitkan dengan Levi Strauss, yang berupaya untuk menemukan prinsip-prinsip dasar yang mendasari mekanisme otak manusia yang juga menjadi penyebab terbentuknya struktur budaya dan masyarakat.
48.  Succession diterjemahkan suksesi : Pengambil alihan jabatan atau kedudukan yang kosong.
49.  Totemism atau totemisme : Sebuah kebiasaan dimana sebuah kelompok masyarakat misalnya keturunan atau marga, dikaitkan secara simbolis dengan benda-benda atau fenomena tertentu.
      50.  Unilineal diterjemahkan garis silsilah : Keturunan yang dirunut melalui satu garis                  keturunan,yaitu secara matrilineal atau patrilineal.  
sumber : http://dita-mellyanika.blogspot.com/2011/06/daftar-istilah-dalam-antropologi_04.html

Pengaruh dan Dampak Budaya Asing di Indonesia

Pengaruh dan Dampak Budaya Asing di Indonesia

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan  kelompok atau  masyarakat.  Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor,yakni antara lain:
  1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
  2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll. 
  3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb
  4. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dsb
Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu  mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
  1. Kebudayaan material :  Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
  2. Kebudayaan nonmaterial : Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Pengaruh dan Dampak Budaya Asing di Indonesia


Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan. 
Indonesia, untuk jaman sekarang, sudah mengalami perubahan kebudayaan yang membawa pengaruh bagi budaya Indonesia. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. 


Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. 
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. 


Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. 



Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.


Jadi, dengan adanya budaya barat atau budaya asing di Indonesia, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Dampak masuknya budaya asing antara lain :


  1. terjadi perubahan kebudayaan 
  2. pembauran kebudayaan 
  3. modernisasi
  4. keguncangan budaya 
  5. penetrasi budaya 
  6. memperkaya keberagaman budaya 
  7. melemahnya nilai-nilai budaya bangsa


Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, bagi dari segi postif, maupun negatif. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya yang baik di ambil dengan yang tidak, maka kita semua sebagai warga Indonesia wajib membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita sendiri, jangan sampai melupakan budaya lama, dengan sudah menemukan budaya baru.

Upaya Melestarikan Budaya Indonesia dengan tetap membawa Budaya Asing
Kebudayaan  lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.

sumber : http://rudyansyah08.blogspot.com/2012/04/pengaruh-dan-dampak-budaya-asing-di.html

Wednesday, May 29, 2013

5 Kesenian Indonesia yang Mendunia

        Kesenian Tradisional merupakan kesenian yang harus tetap di jaga sampai kapanpun karena merupakan warisan budaya bangsa. Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak budaya, tidak heran jika setiap budaya mempunyai kesenian yang telah menarik perhatian banyak orang, bahkan dunia karena keindahannya.

Berikut beberapa kesenian tradisional Indonesia yang mendunia:
1. Gamelan
Gamelan adalah alat musik yang terdiri dari kendhang, demung, saron, peking, gong, kempul, bonang, slentem, ketuk dan kenong, gender, gambang, rebab, siter dan suling. Gamelan berasal dari bahasa jawa, dari kata"gamel" yang berarti memukul / menabuh dan diikuti akhiran "an" yang menjadikannya sebuah kata benda.
Gamelan merupakan salah satu kesenian yang cukup terkenal di luar negeri, contohnyaada banyak kelompok gamelan di negara Amerika. Gamelan juga dijadikan sebagai bahan pembelajaran di beberapa negara lainnya.
2. Wayang
Wayang merupakan pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yangterpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
3. Batik
Batik adalah salah satu pembuatan bahan pakaian. Batik mengacu pada dua hal, pertama adalah teknik pewarnaan kain menggunakan malam dan yang kedua adalahkain atau pakaian yang dibuat dengan cara tersebut.
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.
4. Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu dam berasal dari Jawa Barat. Angklung sendiri telah terdaftar dalam UNESCO sejak November2010. Angklung di mainkan oleh masyarakat Sunda sebagai bagian dari ritual penanaman padi sejak dahulu. Dan kini bukan hanya masyarakat Sunda saja yang memainkan, dibeberapa tempat wisata Angklung menjadi daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun mancanegara untuk memainkannya.
5. Keris
Keris merupakan senjata tradisional dari Indonesia. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok. Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
sumber : http://hadibungsu.mywapblog.com/5-kesenian-tradisional-indonesia-yang-me.xhtml

Kesenian Tradisional Banda Aceh

Seni Tari
Tari Ranup Lampuan
Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional Aceh yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini biasanya ditarikan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi. Ranup dalam bahasa Aceh yaitu Sirih, sedangkan Puan yaitu Tempat sirih khas Aceh. Ranup Lampuan bisa diartikan "Sirih dalam Puan". Sirih ini nantinya akan diberikan kepada para tamu sebagai tanda penghormatan atas kedatangannya.

Tari Liko Pulo
Tarian Likok Pulo ini lahir sekitar tahun 1949 yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab yang tinggal di Pulo Aceh, yaitu salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tarian ini pada hakekatnya adalah zikir kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Gerakan tarian pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan anggota tubuh bagian atas, tangan sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, dari depan ke belakang, keatas dan kebawah, dengan tempo yang lambat hingga cepat. Tarian ini membutuhkan energi yang tinggi.

Tari Tarek Pukat
Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan dilaut. Tarek yang berarti "Tarik", dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan.

Tari Rapa'i Geleng
Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan. Nama Rapa`i diadopsi dari nama Syeik Ripa`i yaitu orang pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair (lagu-lagu) yang dinyanyikan. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.

Tari Saman
Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh ataupun Gayo. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa - peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada kenyataannya nama "Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.

Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.

Tari Laweut
Sebelum sebutan Laweut dipakai, tarian ini mulanya disebut "Seudati Inong", karena tarian ini khusus ditarikan oleh para wanita. Gerak tarian ini, yaitu penari dari arah kiri atas dan kanan atas dengan jalan gerakan barisan memasuki pentas dan langsung membuat komposisi berbanjar satu, menghadap penonton, memberi salam hormat dengan mengangkat kedua belah tangan sebatas dada, kemudian mulai melakukan gerakan-gerakan tarian.

Tari Pho
Perkataan pho berasal dari kata peuba-e, peubae artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan/sebutan penghormatan dari rakyat.hamba kepada Yang Maha Kuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut Po Teumeureuhom. Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Maha Kuasa, mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara-upacara adat.

Tari Seudati
Sebelum adanya seudati, sudah ada kesenian yang seperti itu dinamakan retoih, atau saman, kemudian baru ditetapkan nama syahadati dan disingkat menjadi seudati. Pemain seudati terdiri dari 8 orang pemain dengan 2 orang syahi berperan sebagai vokalis, salah seorang diangkat sebagai syekh, yaitu pimpinan group seudati. Seudati tidak diiringi oleh instrument musik apapun. Irama dan tempo tarian, ditentukan oleh irama dan tempo lagu yang dibawakan pada beberapa adegan oleh petikan jari dan tepukan tangan ke dada serta hentakan kaki ke tanah. Tepukan dada memberikan suara seolah-olah ada sesuatu bahan logam di bagian dada atau perut yang dilengketkan sehingga bila dipukul mengeluarkan suara getar dan gema.
Alat Musik Tradisional
Serune Kalee

Serune Kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh yaitu sejenis Clarinet terutama terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise.

Serune ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tem­baga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai penga­manan dari kemungkinan retak/pecah badan serune terse­but. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.

Gendang (Geundrang)

Gendang terdapat hampir di seluruh daerah Aceh. Gen­dang berfungsi sebagai alat musik tradisional, yang bersama-­sama dengan alat musik tiup seurune kalee mengiringi setiap tarian tradisional baik pada upacara adat maupun upacara iainnya.

Alat ini terbuat dari kayu nangka, kulit kambing dan rotan. Pembuatan gendang yaitu dengan melubangi kayu nangka yang berbentuk selinder sedemikian rupa sehingga badan gendang menyerupai bambam. Pada permukaan lingkarannya (kiri-kanan) dipasang kulit kambing, yang sebelumnya telah dibuat ringnya dari rotan dengan ukuran persis seperti ukuran lingkaran gen­dangnya.

Sebagai alat penguat/pengencang permukaan kulit dipakai tali yang juga terbuat dari kulit. Tali ini menghubungkan antara kulit gendang yang kanan dengan kiri. Alat pemukul (stick) gendang juga dibuat dari kayu yang dibengkakkan pada ujungnya yaitu bagian yang dipukul ke kulit.

Rapai
Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisio­nal Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras (biasanya dari batang nangka) yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya. Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh. Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah. Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka. Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat dari rotan yang dibalut dengan kulit. (Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak).

Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upa­cara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagama­an, perkawinan, kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapai dengan cara me­mukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok (group). Pemimpin permainan rapai disebut syeh atau kalipah.

sumber : http://budaya-indonesia-sekarang.blogspot.com/2010/11/kesenian-tradisional-kota-banda-aceh.html

Hubungan Ilmu Antropologi dengan Ilmu Lain

1.       Ilmu geologi dan antropologi
Bantuan ilmu geologi dalam mempelajari tentang cirri-ciri lapisan bumi serta perubahan perubahannya,sangat dibutuhkan oleh ilmu paleoantropologi dan prehistori dalam menetapkan umur relative dari fosil-fosil makhluk hidup primate dan fosil manusia dari zaman dahulu,serta artefak atau barang-barang hasil kebudayaan tempo dulu yang digali dari dalam bumi.
 2.       Ilmu plaentropologi dan antropologi
Bantuan ilmu yang mengkaji tentang fosil makhluk hidup dari zaman dahulu bertujuan untuk membentuk suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk makhluk-makhluk yang pernah ada di muka bumi merupakan ilmu bantu yang sangat penting bagi antropologi. Fosil ini dapat berupa sisa bagian tubuh manusia atau tumbuhan yang terkubur di dalam tanah.
 3.       Ilmu anatomi dan antropologi
 Ilmu ini diperlukan oleh antropologi dalam usaha untuk mendapatkan pengertian tentang soal asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan antar dan ras dunia. Melalui kajian penelitian tentang ciri-ciri dari berbagai tengkorak dari bagian tubuh manusia pada umumnya (yang pada dasarany menjadi dasar ilmu anatomi).
 4.       Ilmu kesehatan masyarakat dan antropologi
Antropologi memberikan kesehatan masyarakat yang akan bekerja di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan,meode dan cara untuk mendapatkan dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.
 5.       Ilmu psikatris dan antropologi
Ilmu ini menjabati kajian kebudayaan dan kepribadian dalam menelaah suatu kelompok suku bangsa.
 6.       Ilmu linguistik dan antropologi
Ilmu ini sangat dibutuhkan karena merupakan suatu hal yang sangat mustahil apabila antropologi mengadakan penelitian tanpa mengenal dan memahami bahasa suku bangsa yang akan diteliti
 7.       Ilmu arkeologi dan antropologi
Ilmu ini diperlukan oleh sub ilmu prehistori yang bermaksud mengetahui sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan suku-suku bangsa sejak sebelum mengenal tulisan sampai kepada masa sekarang.
 8.       Ilmu sejarah dan antropologi
Ilmu bantu yang penting karena kaitannya dengan mengenal sejarah awal perkembangan suatu suku bangsa yang dijadikan objek kajian atau suatu penelitian.
 9.       Ilmu administrasi dan antropologi
Ilmu ini sangat dibutuhkan terutama agar data-data penelitian yang diperoleh dapat terhimpun dalam suatu kumpulan yang baik sehingga dapat memudahkan kajian-kajian di masa yang akan datang.
 10.    Ilmu politik dan antropologi
Dalam penulisan sebuah deskripsi etnografi tentang suatu suku bangsa akan seorang peneliti antropologi akan berhadapan dengan kekuatan dan proses politik setempat.
 11.    Ilmu ekonomi dan antropologi
Ilmu ekonomi mempunyai hubungan timbal-balik dengan antropologi. Mengkaji bagaimana perilaku ekonomi suatu masyarakat suku bangsa yang tidak akan terlepas dari bagaimanakah sikap dasar masyarakat,struktur suatu masyarakat, cara berpikir dan cara pandang sebagaimanaya.
sumber :  http://lenianggraini.wordpress.com/2012/10/27/hubungan-antropologi-dengan-ilmu-ilmu-lainnya/